sovereignty

Posting ini merupakan sambungan dari tulisan sebelumnya.

changeSuatu ketika saya terbangun dari tidur saya. Terbangun dengan cara yang tak begitu mengenakkan. Saya terbangun dari mimpi kehidupan masa lalu saya. Apapun itu, mimpi itu berhasil menimbulkan rasa melankoli atas noltalgia yang diturunkan dari mimpi tersebut. Dan, kadangkala diiringi dengan rasa penyesalan.

Penyesalan itu bisa jadi karena saya merasa bingung dengan kehidupan saya yang sekarang jika dibandingkan dengan kehidupan saya di masa lalu. Saya tidak lagi melakukan apa yang saya banyak lakukan di masa lalu. Bisa saja, mungkin, karena saya tidak melakukan sesuatu yang seharusnya saya lakukan di masa lalu sehingga menimbulkan kekecewaan di masa kini. Kita semua tentu tidak ingin memiliki bayangan seperti itu dikehidupan masa tua nanti.

Cerita saya pada posting sebelumnya, mengenai Andrew, bukanlah sebuah cerita untuk satu orang, tetapi untuk banyak orang. Hal yang sama banyak terjadi pada mereka yang telah mencapai kesuksesan. Polanya sama dan dapat anda observasi jika mau.

Ketika saya berbicara mengenai lawanlah diri sendiri, bukan saya bermaksud untuk menolak diri kita yang sebenarnya. Tetapi, justru kita harus menerimanya setulus hati.

Sebagai laki-laki adalah wajar kita tertarik pada seorang wanita dan kita tak perlu untuk menutupi rasa ketertarikan tersebut. Namun, kita tetap harus menggunakan sisi rasional kita, ajaran tentang moral dan etika masyarakat. Contoh yang lain, bagaimana kita mensikapi orang yang menghina/ mengkritisi kita, kita bisa saja marah. Tetapi, jika perkataan dia benar, misalkan dia mengatakan bahwa kita orang yang lambat, dan kita memang lambat dalam melakukan sesuatu, kenapa kita harus marah. Kita bisa memperbaiki diri kita dengan hinaan/ kritik tersebut.

Efek dari kemarahan akan jauh lebih merugikan diri kita. Kita tidak bisa mengambil keputusan dalam keadaan marah. Lebih jauh lagi, dengan kita tidak menanggapi kritik orang lain yang tidak bermaksud membangun diri kita, akan menunjukkan bahwa kita memiliki rasa kepercayaan terhadap diri sendiri. Bahwa hidup kita, bukanlah didikte atas persetujuan mereka yang tercermin terhadap opini yang mereka katakan.

Manusia diciptakan dengan indera untuk bertahan hidup. Dua contoh diatas telah menerangkan hal tersebut. Bagaimana adanya wanita menimbulkan perasaan senang dihati laki-laki karena hal tersebut adalah cara mempertahankan hidup umat manusia. Bayangkan saja, jika hubungan seksual tidak diiringi dengan keluarnya cairan kimia yang menyebabkan rasa senang. Kemudian, contoh yang kedua mengenai perasaan marah. Marah karena perasaan hati kita telah disakiti. Tentu saja, untuk bertahan hidup kita harus menghindar dari segala hal yang membuat kita merasa sakit. Rasa kesakitan, dalam contoh yang lebih ekstrim, bisa menyebabkan kematian. Pleasure and Pain. Kita bisa hidup sampai saat ini karena manusia mempunyai insting bertahan hidup tersebut yang diwariskan.

Kita tidak bisa menyangkal perasaan tersebut karena tanpanya kita tidak bisa mempertahankan hidup kita. Tetapi, manusia dikaruniai anugerah berupa akal untuk bisa berpikir secara rasional. Dengan akal, manusia memiliki kekuatan penuh atas dirinya sendiri, atas tindakan yang dia lakukan, bukan mengikuti naluri alamiah dalam dirinya. Inilah yang seringkali membuat kita menjadi bingung. Kita seringkali bisa mengendalikan perilaku kita dengan akal kita dan pada suatu ketika kita tidak mampu mengontrol diri kita dan mengikuti naluri alamiah kita. Bayangkan, jika kita melihat seorang perempuan cantik tetapi istri orang dan kita tidak menggunakan sisi rasional yang kita miliki.

Kedaulatan kita terhadap diri kita sendiri akan selalu diuji dalam kehidupan ini karena kita akan selalu berhubungan dengan hal yang membuat kita senang dan sakit. Kehidupan ibarat roda, kata sebuah pepatah.

Pertanyaan yang lantas harus kita tanyakan dalam diri kita, cara hidup seperti apakah yang mampu membuat kita lebih bahagia?

Apakah cara hidup dengan menggunakan akal untuk membatasi naluri alamiah kita tetapi tidak menyangkalnya atau cara hidup dengan menitikberatkan pada naluri alamiah kita? Bagaimana cara hidup yang benar menurut anda?

About royani

You could know everything about me in my linkedin page. I've put it in the sidebar beside. So gladly that you arrive in here. Hopefully that you will re-visit in other chance.
This entry was posted in artikel, refleksi, Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment